Minggu, 18 Juni 2017

Mental Afghanistan

Mental Afghanistan adalah sebutan untuk orang-orang yang merasa dirinya memiliki "status" yang lebih tinggi dari orang lain sehingga memperlakukan orang lain dengan "status" yang lebih rendah dengan perlakukan yang cenderung keras, bahkan menuju kekerasan fisik. Dengan kata lain adalah hukum rimba. Orang yang memiliki mental ini tidak selalu memiliki posisi yang tinggi di hidupnya. Misalnya seorang warga biasa dengan posisi biasa di sebuah perusahaaan (menjadi karyawan biasa misalnya). Posisi yang paling sering membuat orang memiliki Mental Afghanistan adalah penjaga keamanan dari satpam lokal sampai tentara nasional. Mental Afghanistan juga dinilai menjadi faktor utama kenapa Indonesia menjadi terpecah belah seperti di Timur Tengah.

Terminologi
Mental Afghanistan disebut seperti ini menunjuk kepada negara Afganistan di mana orang yang memiliki senjata dapat menguasai sektor tertentu, termasuk pemerintah sendiri. Karena senjata di sana sangat mudah didapatkan, orang-orang mulai menyelesaikan segala masalah dengan kekerasan.

In College/School
Mental Afghanistan dalam skala kecil ditemukan di kampus dan sekolah. Di sekolah (SD-SMA/Sederajat), siswanya umumnya lah yang memiliki Mental Afghanistan. Biasanya orang-orang ini adalah tukang bully. Namun semenjak tahun 2012 di mana era teknologi makin maju dan ketatnya aturan. Mental Afghanistan berkurang drastis di sekolah. Membuli orang dapat terkena hukuman penjara. Namun sebelumnya Mental Afghanistan juga sering dimiliki guru yang sekolahnya menjadi RSBI sebelum RSBI dihapuskan. Di kampus,. Mental Afghanistan hanya ditemui oleh dosen dan satpam. Seorang dosen yang memiliki Mental Afghanistan akan cenderung berpikri bahwa dirinya adalah nomer 1. Misalnya di jalan kampus yang sempit. Dirinya akan mencoba menyingikikan pengendara motor di depannya dengan menyembunyikan klasono terus-menerus, tidak peduli jika pengendara motor tersebut harus masuk ke trotoar atau melaju kencang. Satpam akan bertindak arogan jika pengendara motor untuk selalu cepat memarkirkan kendarannya.

In Military Sector
Senior atau seseorang pelatih akan membuat calon tentara baru merasa "di neraka". Latihan yang disiplin dan tidak masuk akal dengan asalan kedisiplinan sering diterapkan di sektor militer. Misalnya saja berbaris lalu dipukul dengan keras oleh senior. Tentunya tidak masuk akal, karena dalam perang sesungguhnya rata-rata dua faksi akan beradu kontak dalam jarak lebih dari 500 meter. Melatih martial art lebih masuk akal daripada hanya dilatih untuk tahan fisik. Dalam skala yang lebih kecil, hal ini ada dalam pramuka. Selain itu orang yang lulusan akademi tentara akan merasa sangat "hebat" di manapun. Dalam kasus parah, dirinya akan mengancam seseorang dengan senjata yang dimilikinya meskipun orang yang diancam bukan kriminal misalnya hanya orang yang tidak sengaja menabrak mobilnya.

In Government Sector
Mental Afghanistan sangat berbahaya di sektor ini. Orang-orang yang sudah memiliki posisi tinggi termasuk Ormas akan memprovokasi untuk menggulingkan pemerintah. Hal ini sering diabaikan oleh masyarakat karena dinilai cendering bodoh. Namun kenyatannya para pemilik Mental Afghanistan tidak main-main. Mereka berusaha menarik simpati sebanyak-banyaknya dan membuat kebrobokan pemerintah tersebar di mana-mana dan cenderung memakai hoax. Namun jangan salah, di Timteng, para pemiliki Mental Afghanistan berhasil membuat NATO mensuplai senjata ke mereka dan membuat perang sipil terjadi. Dan cikal bakal terrorist pun muncul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar