Why Am I Doing This?

Saya bukan sarjana sastra atau penulis profesional, sehingga jatuhnya pada hobi saja. Pertama, saya selalu sering merasa sedikit kesal bahwa karya fiksi atau seni selalu diremehkan dan karena bukanlah science atau sering dikatakan hal tidak berguna. Tapi fiksi atau seni justru adalah hal yang adalah ciri khas manusia.

Seni yang Selalu Diremehkan.
Kedua, bahwa Indonesia ini miskin literatur fiksi yang besar. Menurut saya karya Indonesia kebanyakan masih recycle hal-hal lama seperti tokoh Wayang, legenda lama, atau kadang bahkan niru hal-hal di luar negeri lalu dilokaliasi. Paling parah adalah menjadikan sejarah (nyata) menjadi suatu bahan fiksi secara frontal tanpa modifikasi di mana fiksi ini jatuhnya bisa ke propaganda meski authornya tidak bermaksud begitu. Mengambil sejarah nyata sebagai suatu bahan memanglah bukan hal dilarang atau memang sering dilakukan. Tapi jangan sampai semacam copypaste dan seolah berisi propaganda. Salah satu mixed sejarah dunia nyata dan fiksi yang saya suka adalah series Metal Gear Solid. Masalah lain adalah Indonesia ini terlalu sensitif pada sejarah nyata sehingga karya fiksi pun belum banyak yang berani mengolah sejarah nyata. Dengan faktor kita tahu kenapa seolah produk fiksi di Indonesia seperti novel dan game stuck di hal seperti itu. No originality. Sungguh ironis bagi bangsa yang paling heterogen di dunia. Satu contoh kita lihat Polandia, bisa menciptakan novel luar biasa sepertia Witcher padahal Polandia dan Russia itu hampir sama dengan culture sama, tapi author bisa mengarah indah seolah menciptakan Polandia di semesta lain. Indonesia? Kamu pindah kabupaten saja rasanya dah beda, ya karena Indonesia adalah paling unik di dunia. Jadi gak ada alasan gak ada bahan novel dengan background Indonesia. Tapi, kembali lagi tidak harus stuck dan 100% sama menulis novel dengan keadaan nyata di Indonesia, misal dari nama karakter apa harus stuck di nama-nama seperti Joko dan Zulfiqar.

Kebebasan Menulis dan Ketakutan
Karya tulis fiksi itu sebenarnya sudah dilindungi dengan kata-kata bahwa apa yang kita cuma fiksi dengan tujuan hiburan belaka. Titik. Bukan dokumentari atau peneltiian atau propaganda. Tapi masih banyak yang takut dari zona aman dan pada terpaku meski perlindungan itu masih ada. Contoh lagi soal Witcher, penulis bahkan menuliskan soal budaya dan agama di sana. Kalau di Indonesia, misal kamu menulis proses penciptaan dunia di karya fiksimu, kamu menduga bakalan jadi kontroversi dan di cap sesat. Padahal karyamu cuma fiksi dan kamu gak bermaksud bikin aliran baru atau apa.

So, dengan faktor itu, saya memutuskan untuk berkontribusi membuat novel fiksi. Memang sampai titik ini, 7 tahun setelah tulisan pertama, saya belum mampu menghasilkan 1 jilid novel pun dan konsep saya saya bongkar ulang-ulang, ya karena pertama saya cuma hobi dan bukan ahlinya, saya hanya mencoba seperti metode trial dan error. Tapi saya tidak menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar